May 5, 2025

Kertanegara: Raja Singasari Terakhir

Pada tahun 1254, Kertanegara diangkat menjadi raja muda oleh ayahnya. la menjadi satu-satunya Raja Singasari yang naik takhta tanpa menimbulkan pertumpahan darah. Pada tahun 1269, dalam prasasti yang dikeluarkannya sendiri, Kertanegara menye-butkan bahwa ia telah menjadi Raja Singasari dan bukan lagi yuwaraja (raja muda). Raja Kertanegara merupakan Raja Singasari yang terkenal dengan perluasan kekuasaan hingga mencapai luar Pulau Jawa. Kebijakan Kertanegara pun menjadi ciri khas kemasy-hurannya, terutama dalam bidang keagamaan. Sebagai penganut Buddha Tantrayana, ia sangat menonjolkan urusan agama dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.Di bawah kekuasaan Kertanegara, kondisi dalam negeri Kerajaan Singasari semakin membaik. Kertanegara kemudian mulai menggagas politik Nusantara, yaitu keinginan memperluas kekuasaan hingga luar Pulau Jawa. Namun, niat tersebut dice-gah oleh penasihat raja yang bernama Mpu Raganata. Raganata berpendapat bahwa yang lebih penting adalah memerhatikan keadaan dalam negeri dahulu Menurutnya, keadaan dalam negeri masih belum pulih benar sehingga kerajaan masih harus bersikap waspada. Jika lalai sedikit saja, maka pemberontakan mungkin akan muncul kembali. Nasihat dari Mpu Raganata tidak didengar-kan oleh Kertanegara la yakin bahwa kondisi dalam negeri sudah pulih Menurutnya, sudah saatnya untuk memperluas cakrawala kekuasaan hingga luar Pulau Jawa.


Pada permulaan penaklukan-penaklukan itu, pemerintahan Kertanegara mulai dibayangi pemberontakan kembali, namun semuanya dapat diatasi. Misalnya, pemberontakan Kalana Bha-yangkara pada tahun 1270. Pemberontakan ini membuat Ker-tanegara harus memulihkan keamanan dalam negeri selama lima tahun, baru kemudian dapat memulai penaklukan ke Melayu.


Usaha perluasan kekuasaan di masa Kertanegara bermula pada tahun 1275. Dalam ekspedisi ini, Kertanegara mengirimkan sejumlah prajurit untuk menaklukkan Melayu Pengiriman prajurit Singasari ke Melayu dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Banyak sekali prajurit yang diberangkatkan, sampai-sampai Kerajaan Singasarı hanya dijaga oleh sedikit prajurit Kekuatan yang sudah sedikit tersebut masih dikurangi lagi dengan pemberangkatan ekspedisi ke Bali
Pada tahun 1284, Kertanegara mulai menaklukkan Bali dan berhasil. Rajanya dibawa ke Singasari dan dijadikan tawanan. Setelah itu, Kertanegara mampu menggalang kekuatan kembali untuk menaklukkan wilayah lain, seperti Pahang (sekarang Malaysia), Gurun (pulau di bagian timur Nusantara), Bakula Pura (Tanjungpura/barat daya Kalimantan), Sunda, dan Madura. Perluasan wilayah tersebut membuat daerah kekuasaan Singasarı semakin bertambah Kerajaan yang tengah naik daun tersebut pada akhirnya menjadi perhatian Kubilai Khan, pemimpin di Cina.


Pemimpin Cina pada saat itu adalah orang Mongol yang telah meruntuhkan Kerajaan Tang. Di sana, orang-orang Mongol kemudian mendirikan sebuah pemerintahan baru yang diberi nama Sung (Song) dengan Kubilai Khan yang menjadi kaisar pertamanya. Adapun Kubilai Khan adalah cucu Temujin, Jengis Khan sang Penakluk. Keinginan bangsa Mongol untuk terus memperluas wilayahnya begitu besar. Setelah menjajah Cina, mereka bertekad untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur. Pelbagai macam cara dilakukan, baik dengan cara kekerasan atau dengan cara damai. Cara damai dilakukan bangsa Mongol dengan meminta para penguasa lokal untuk mengakui Kaisar Mongol sebagai penguasa tunggal. Lalu mereka mengharuskan raja-raja tersebut untuk mengirimkan upeti kepada Kaisar yang bekedudukan di Cina.


Salah satu kerajaan yang diharuskan mengakui kekuasaan Kubilai Khan adalah kerajaan Jawa. Kerajaan yang menarik perhatian Kubilai Khan di Pulau Jawa saat itu adalah Kerajaan Singasari. Kubilai Khan mulai mengirimkan utusan bernama Meng Chi ke Kerajaan Singasari untuk menuntut upeti. Kertanegara waktu itu menolak untuk membayar upeti. Sikap ini menunjukkan watak Kertanegara yang tidak takut terhadap siapa pun. Bahkan, penguasa Singasari itu mempermalukan utusan Kubilai Khan tersebut dengan mencederai wajahnya dan mengirimnya kembali ke Cina. Selain mencederai muka seorang utusan, Kertanegara pun memberikan pesan tegas bahwa ia tidak akan tunduk di bawah kekuasaan Kaisar Mongol Perlakuan Kertanegara terhadap Meng Chi dianggap sebagai penghinaan terhadap Kubilai Khan. Sebagai seorang kaisar yang berkuasa di daratan Asia saat itu, Kubilai Khan merasa terhina dan berniat untuk menghancurkan Jawa.


Sikap tegas Singasari terhadap kerajaan Cina itu menunjukkan posisi Singasari yang kuat. Sayang, meskipun Singasari berhasil dalam perluasan wilayah, keadaan dalam negeri sangat rapuh. Singasarı kembali dihantam pemberontakan Gangguan tersebut muncul dari seorang pemberontak asal Kedırı yang bernama Jayakatwang. la merupakan keturunan Raja Kediri yang dahulu diserang Ken Arok Jayakatwang tentu memimpikan kembali kejayaan keluarganya dalam memimpin kerajaan besar la masih menyimpan dendam terhadap kemunculan Kerajaan Singasari Kondisi keamanan Kerajaan Singasari yang lemah membuat para pemberontak memiliki kesempatan untuk menyerbu Singasari
Pada kisah sebelumnya, diceritakan bahwa Kertanegara adalah putra Wisnuwardana. Keturunan Mahısa Campaka yang merupakan sekutu Wisnuwardana saat itu tidak mendapat kedudukan sebagai raja. Simpati kepada keturunan Mahisa Campaka muncul dari Wiraraja. Sikap tidak senang Wiraraja kepada Kertanegara timbul karena dia dipindahtugaskan menjadi bupati di Sumenep, Madura. la mulai berpikir untuk memberontak dengan mengajak
Jayakatwang yang juga tidak menyukai kepemimpinan Kertanegara. Wiraraja berencana, setelah Jayakatwang menggulingkan Singasari, ia akan membantu Raden Wijaya (salah satu keturunan Mahisa Campaka) untuk menghancurkan Jayakatwang dan memimpin kembali kerajaan.


Mengetahui kondisi keamanan Singasari yang lemah, Kediri akhirnya memutuskan untuk memulai penyerangan terhadap Singasari. Berangkatlah tentara Kediri di bawah pimpinan Jaran Guyang dengan melintasi sawah ke jurusan utara. Para prajurit Itu membawa kereta, bende, gong, dan tunggul. Mereka kemudi an tiba di Desa Mameling. Siasat perang yang dilakukan tentara Kediri adalah memancing tentara Singasari ke Desa Mameling. Setelah tentara Singasari terpancing, maka tentara Kediri akan menyerbu Istana Singasari. Mereka bermaksud untuk menyerang langsung Raja Kertanegara di dalam istananya. Siasat ini mulai dilakukan dengan menyerang warga Desa Mameling, memo-rak-porandakan rumah warga dan menghancurkan segalanya. Keadaan itu menyebabkan banyak warga Mameling yang me-ngungsi ke kota.
Raja Kertanegara kemudian memerintah Raden Wijaya untuk menumpas para pemberontak di Mameling. Raden Wijaya berang-kat beserta panglima-panglima, seperti Lembu Sora, Gajah Pagon, Medang Dangdi, Mahisa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo Ka-petengan, dan Wirota Wiragati. Raja Kertanegara juga menyuruh Patih Kebo Anengah untuk menyusul Raden Wijaya. Namun Mpu Raganata memberi masukan agar Patih Kebo Anengah tidak turut berangkat ke Mameling. Lebih baik dia tinggal untuk menjaga istana. Nasihat itu lagi-lagi tidak dihiraukan oleh Kertanegara.


Siasat Jayakatwang berhasil. Ketika tentara Singasari terpancing untuk bergerak ke Desa Mameling, tentara Kediri mulai masuk ke Singasari dan langsung menyerbu istana. Dengan sedikit pasukan yang tersisa di kerajaan, Raja Kertanegara harus bertempur mela-wan tentara Kediri yang berjumlah sangat banyak. Ketika mende-ngar sorak-sorai kemenangan tentara Kediri, Kebo Anengah yang belum terlalu jauh dari istana langsung berbalik kembali. Namun, semuanya sudah terlambat. Kertanegara telah gugur beserta tentara lainnya. Bahkan, Kebo Anengah turut gugur dalam usahanya mem-pertahankan kerajaan. Kemenangan tentara Kediri belum diketahui oleh Raden Wi-jaya beserta tentaranya. Raden Wijaya berhasil menumpas tentara Kediri yang ada di Mameling. Namun betapa terkejutnya ia, ketika kembali ke istana Singasari, istana sudah diduduki oleh Jayakat-wang dan tentara Kediri.


Kerajaan Singasari hancur dan digantikan kembali oleh Kerajaan Kediri. Raden Wijaya dan para prajuritnya harus mundur melihat besarnya jumlah tentara lawan. Mereka berhasil menyelamatkan diri dari kejaran Kediri. Setelah beristirahat beberapa waktu, Raden Wijaya hendak melanjutkan penyerangan. Namun, Lembu Sora menyarankan untuk berlindung dahulu mengingat jumlah tentara lawan yang cukup besar. Raden Wijaya menyetujui saran Lembu Sora, tetapi sebelumnya dia harus dapat membebaskan putri Raja Kertanegara, yaitu Tribuwana dan Gayatri. Keduanya merupakan istri Raden Wijaya. Dalam usahanya ini, Raden Wijaya hanya dapat menyelamatkan Tribuwana saja.


Raden Wijaya kemudian mengungsi bersama Tribuwana dan Lembu Sora ke Madura untuk menemui Wiraraja. Pada pertemuan dengan Wiraraja, Raden Wijaya diberi nasihat untuk berpura-pura menyerah, lalu menyusun kekuatan kembali agar dapat menaklukkan Jayakatwang. Wiraraja memberi kepastian bahwa ia berada di pihak Raden Wijaya. la pasti akan membantu apa pun untuk mengembalikan kejayaan keluarga Mahisa Campaka. Maka, berangkatlah Raden Wijaya kembali ke Kediri dan menyatakan menyerah kepada penguasa Kediri.

logoblog

No comments:

Post a Comment