Sekolah merupakan suatu sistem yang secara keseluruhan terdiri atas komponen input, proses, dan output/outcome. Dalam hal ini yang dimaksud dengan input adalah sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses, proses adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain, sedangkan output adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses.
Kinerja sekolah ini dapat digambarkan sebagai berikut: komponen input merupakan potensi dasar yang akan dikembangkan untuk selanjutnya diproses melalui teknik tertentu dengan pemanfaatan sarana dan prasarana serta semua potensi internal untuk mencapai kualitas output. Pencapaian kualitas output ini sangat dipengaruhi oleh adanya kualitas proses internal yang dilakukan.
1. Input Sekolah
Squires mendefinisikan input sekolah sebagai sumber daya yang mencakup: (1) tersedianya buku-buku di perpustakaan, (2) pemimpin yang berpengalaman pada berbagai tingkat sekolah, (3) keberadaan materi instruksional, (4) biaya untuk kegiatan administrasi dan pengajaran, dan (5) status sosial ekonomi siswa.
Sekolah sebagai suatu sistem harus memiliki input yang lengkap dan siap. Secara umum, input sekolah meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, manajemen, dan sumber daya. a. Visi adalah suatu pandangan yang jauh ke depan yang menentukan ke mana sekolah akan dibawa atau gambaran masa yang akan datang yang diinginkan oleh sekolah b. Misi adalah tindakan atau upaya yang dilaksanakan untuk merealisasikan visi sekolah yang sudah ditetapkan. Tujuan adalah penjabaran dari visi, yaitu mengenai apa yang akan dihasilkan oleh sekolah dalam jangka beberapa tahun ke depan. d. Sasaran adalah penjabaran dari tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan dalam jangka waktu pendek, dalam satu bulan, satu caturwulan, atau satu tahun. c. Manajemen adalah seperangkat tugas yang disertai dengan fungsi. kewenangan, tanggung jawab, kewajiban dan hak, rencana, program ketentuan-ketentuan untuk menjalankan tugas, serta pengendalian. f. Sumber daya meliputi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya (uang, peralatan, perlengkapan, bahan, gedung, dan sebagainya). Agar sekolah dapat berjalan dengan baik, diperlukan kesiapan sumber daya manusia, baik berupa kesiapan kemampuan/kualifikasi maupun kesanggupan..
Input dapat dibedakan atas input yang disediakan oleh sekolah dan yang ditentukan oleh luar sekolah. Input sekolah mencakup input fisik (karakteristik bangunan, bahan pembelajaran, perlengkapan, dan fasilitas) dan input manusia (karakteristik guru dan tenaga administrasi), sedangkan input luar sekolah mencakup karakteristik siswa, karakteristik keluarga, dan karakteristik lingkungan yang dibawa oleh siswa.
Sejumlah input sekolah berhubungan langsung dengan sekolah dan karakteristik guru. Input langsung sekolah meliputi kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku-buku pelajaran, dan lamanya jam pelajaran. Sedangkan input sekolah yang berkaitan dengan karakteristik guru meliputi latar belakang guru (status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan pengalaman mengajar), kemampuan verbal, persepsi guru mengenai siswa dan kualitas sekolah, serta gaji guru.
Karakteristik siswa biasanya diukur dari perbedaan jenis kelamin, ras, kemampuan pendidikan awal yang dimiliki sebelum memasuki sekolah, jumlah jam belajar di rumah, jumlah jam les mata pelajaran, pendidikan orang tua, dan besarnya penghasilan orang tua. Karakterstik keluarga ditandai oleh adanya diferensiasi tingkat status sosial ekonomi orang tua siswa, yang diukur dari segi penghasilan keluarga, tingkat pendidikan orang tua, jumlah anggota keluarga, jumlah buku yang dimiliki di rumah, dan lain sebagainya.
Karakteristik lingkungan masyarakat di mana siswa berada dapat diukur dari tingkat urbanisasi, tingkat kemiskinan, komposisi ras, pendidikan rata-rata, aspirasi terhadap pendidikan, kekayaan rata-rata, dan lain sebagainya.
2. Proses Sekolah
Proses pendidikan atau pengajaran di sekolah menunjuk pada cara input pendidikan diubah menjadi output dan outcome. Dalam pendidikan c. berskala mikro, yaitu sekolah, yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan sekolah, pengelolaan program sekolah, pemotivasian staf (guru dan tenaga kependidikan lainnya), pengoordinasian tugas-tugas melalui teamwork, pembelajaran, serta moni-toring dan evaluasi pendidikan dan pengajaran.
a. Proses pengambilan keputusan partisipatif merupakan salah satu karakteristik sekolah, yang esensinya adalah untuk mencari kesamaan visi antara kelompok-kelompok yang berkepentingan terhadap sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, para ahli, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan rasa memiliki pada semua kelompok tersebut.
b. Proses pengelolaan kelembagaan dalam hal ini diartikan sebagai suatu upaya dalam menciptakan perilaku sekolah yang ideal sebagai "sekolah belajar" sebagaimana dikemukakan oleh Bovin:5 1. Memberdayakan sumber daya manusia seoptimal mungkin. 2. Memfasilitasi warga sekolah untuk belajar terus dan belajar kembali. 3. Mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga sekolah. 4. Memberikan tanggung jawab kepada warga sekolah. 5. Mendorong setiap warga sekolah untuk mempertanggungjawabkan hasil kerja sekolah. 6. Mendorong adanya teamwork yang kompak dan shared-value bagi setiap warga sekolah. 7. Menanggapi dengan cepat permintaan pasar. 8. Mengajak warga sekolah menjadi customer focused. 9. Mengajak warga sekolah untuk siap menghadapi perubahan. 10. Mendorong warga sekolah untuk berpikir sistematis dalam mengelola maupun menganalisis sekolah. 11. Mengajak warga sekolah untuk memiliki komitmen terhadap keunggulan kualitas. 12. Mengajak warga sekolah untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. 13. Melibatkan warga sekolah secara total dalam penyelenggaraan sekolah.
C. Proses pengelolaan program sekolah adalah pengoordinasian dan penyerasian program sekolah secara menyeluruh dan integratif yang meliputi: (1) perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program, (2) pengembangan kurikulum, (3) pengembangan proses pembelajaran, (4) pengelolaan sumber daya manusia (guru, konselor, karyawan, dan sebagainya), (5) pelayanan siswa, (6) pengelolaan fasilitas, (7) pengelolaan keuangan, (8) pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (9) perbaikan program.
d. Proses pernotivasian staf seyogianya dipahami oleh seorang kepala sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah dapat melakukan upaya-upaya memberikan rewards dan incentives bagi para staf atas kontribusi mereka dalam pengembangan sekolah, dan memberikan punishment bagi para staf yang meremehkan kualitas, prestasi, standar, dan nilai-nilai yang telah menjadi acuan.
e. Proses pengoordinasian dilakukan oleh sekolah dengan membuat deskripsi jabatan yang dihasilkan dari analisis jabatan. Dengan adanya jabatan-jabatan ini, akan jelas keterkaitan dan keterikatan antarjabatan di sekolah dan di luar sekolah.
f. Proses pembelajaran di sekolah ditekankan pada pemberdayaan siswa yang dilakukan melalui interaksi perilaku pengajar dan perilaku siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Oleh karena proses pembelajaran merupakan pemberdayaan siswa, maka yang perlu diperhatikan bukan hanya sekadar mengajarkan sesuatu kepada siswa dan kemudian menyuruhnya mengerjakan soal, tetapi perlu pula ditumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru.
g. Proses monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui outpu yang telah dicapai oleh sekolah. Dengan pemantauan terhadap proses pelaksanaan, maka diharapkan output yang diinginkan dapat dicapai Selain itu, evaluasi yang dilakukan juga untuk mengetahui apakah out put yang hasilkan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga hasil evaluasi ini dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
3. Output Sekolah
Secara ideal, hasil pendidikan di sekolah dapat dibedakan antara out put dan outcome. Output adalah hasil secara langsung dan segera dapa diperoleh sekolah, dalam hal ini siswa, dari proses pendidikan (prestas kognitif, afektif, dan perubahan perilaku), sedangkan outcome adalah efek atau pengaruh jangka panjang dari proses pendidikan di sekolah (termasuk di dalamnya penerimaan dan prestasi di jenjang pendidikan lebih lanjut kesempatan kerja, penghasilan, sikap, dan perilaku).
Hubungan antara output dan outcome adalah bahwa outcome merupakan hasil lanjutan dari output yang dipengaruhi berbagai faktor eksternal, misalnya sistem penerimaan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kondisi permintaan dan penerimaan tenaga kerja, dan lingkungan masyarakat yang membentuk sikap dan perilaku seorang siswa.
Sekolah sebagai suatu sistem seharusnya menghasilkan output yang dapat dipertanggungjawabkan. Output sekolah biasanya diukur dari tingkat kinerja sekolah, yaitu pencapaian hasil-hasil (achievement) atau prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran. Kinerja atau prestasi sekolah ini dapat diukur melalui efektivitas dan kualitas pembelajaran, produktivitas kerja, efisiensi hasil, inovasi kurikulum, kualitas kehidupan kerja (quality of work life), serta moral kerjanya. a Efektivitas sekolah adalah adanya kedekatan atau kemiripan antara output nyata dengan output yang diharapkan. b. Kualitas sekolah adalah gambaran dan karakteristik yang menyeluruh dari lulusan yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang ditentukan, misalnya nilai ebtanas murni, prestasi karya tulis ilmiah, olahraga, dan kesenian. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam kegiatan sekolah. c. Produktivitas sekolah adalah hasil perbandingan antara output (jumlah lulusan) dengan input (jumlah siswa yang masuk dan sumber daya lainnya). d. Efisiensi sekolah dapat berupa efisiensi internal dan efisiensi ekstemal. Efisiensi internal (mutu pendidikan) adalah hubungan antara output (prestasi belajar) dengan input (sumber daya) yang digunakan untuk memproses atau menghasilkan output pendidikan, yang diukur dengan analisis biaya dan efektivitas.Efisiensi eksternal (hubungan timbal balik antara pendidikan dengan bidang-bidang kehidupan di luar pendidikan) adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dengan keuntungan yang diperoleh setelah kurun waktu yang panjang di luar sekolah. e. Inovasi sekolah adalah proses kreativitas dalam mengubah input, proses, dan output sekolah agar dapat mencapai kesuksesan dalam menanggapi dan mengantisipasi perubahan sekolah, baik secara inter-nal maupun eksternal. f. Kualitas kehidupan kerja (quality of work life) sekolah adalah kinerja sekolah yang diindikasikan dengan bagaimana warga sekolah dapat merasakan kenyamanan dalam pekerjaan, kemanfaatan, kepastian, keadilan, kondisi kerja, peluang untuk maju, pengembangan, keselamatan dan keamanan, serta imbalan jasanya.
4. Outcome Sekolah
Konsep outcome ini mengacu pada tujuan pendidikan di sekolah yang terdiri atas empat unsur, yaitu kemampuan akademik, perilaku dan kehadiran, kemampuan nonakademik, serta pengembangan fisik, sosial, emosi, dan spiritual siswa. Artinya, pendidikan yang berlangsung di sekolah tidak semata-mata diharapkan untuk membentuk kemampuan berpikir, penalaran, dan logika siswa, melaksanakan juga untuk membentuk pengertian, pemahaman, dan pandangan siswa terhadap dirinya, serta menilai dirinya setelah melakukan interaksi secara total dalam lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Scherens mendefinisikan outcome sekolah sebagai tingkat pencapaian (prestasi) sekolah yang tidak hanya terbatas pada hasil belajar siswa saja, tetapi juga mencakup karakteristik personal siswa, seperti gambaran dan kepercayaan diri. Maksudnya, sekolah tidak hanya mampu menghasilkan prestasi belajar yang menunjukkan kemampuan akademis (kognitif) siswa, yang diperoleh dari seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, tetapi juga mampu membentuk pribadi siswa, dalam arti menumbuhkan karakteristik dan kepercayaan diri siswa yang menunjukkan kernampuan afektif siswa. Dengan kata lain, sekolah dituntut menjadi agen perubahan (agent of change) dalam upaya membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang tidak hanya pandai secara akademik, yang mampu menjadi orang yang memiliki keahlian, keterampilan, dan kemampuan intelektual dalam memecahkan masalah, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik. Dengan demikian, yang menjadi hasil dari kegiatan pembelajaran (outcome) adalah tingkat pencapaian siswa yang terdiri atas dua komponen, yaitu hasil belajar siswa dan konsep diri siswa.
Pendidikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dan input, proses, dan output-outcome diharapkan mampu menjembatani kebutuhan peserta didik menuju kemandirian (pengetahuan, bersikap, dan bertindak). Posisi strategis pendidikan dalam mengemban amanat kemandirian tersebut harus diupayakan oleh sekolah dengan memberikan pelayanan secara maksimal.
Kenyataannya, pendidikan kita yang bertumpu di sekolah dihadapkan pada sejumlah persoalan, baik menyangkut manajemen, sistem, SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan. Rendahnya pelayanan pendidikan di sekolah sebagai akibat dari banyaknya persoalan ini. Masalah ini juga akan berimplikasi pada suatu pandangan bahwa pendidikan kita tidak lagi dapat memberikan pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsi yang seharusnya diperankan sekolah.
No comments:
Post a Comment