May 2, 2025

Setiap Anak Pada Dasarnya Cerdas

Sekarang marilah kita perhatikan beberapa orang terkenal yang sukses di bidangnya. Sebutlah misalnya Pak Rudi Habibie Rudi Hartono, Rudi Hadisuwarno, dan Rudi Choirudin. Rudi Habibie adalah insinyur lulusan Jerman, ahli merancang pesawat terbang pernah menjadi Menteri, Wakil Presiden, bahkan pernah menjadi Presiden Republik Indonesia. Rudi Hadisuwarno seorang penata rambut terkemuka yang telah membuka cabang di berbagai kota di Indonesia. Rudi Hartono adalah pemain bulutangkis tingkat internasional. Pernah menjadi juara dunia All England tujuh kali berturut-turut. Rudi Choirudin seorang koki terkenal dengan sejumlah prestasi, mengisi acara di televisi, dan nara sumber di banyak acara kuliner di tanah air.


Siapakah di antara mereka yang paling cerdas?
Pada berbagai acara seminar ternyata sebagian peserta menjawab : "Rudi Habibie!"

Rupa-rupanya banyak orangtua yang berpandangan bahwa kecerdasan seseorang identik dengan kemampuannya di bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam. Sedangkan kemampuan yang lain, seperti memasak, bermusik, dan berolahraga tidak dianggap sebagai bentuk kecerdasan, tetapi hanya sebagai keterampilan biasa.

Apabila kita kembali pada teori multiple intelligence yang digagas oleh Prof. Edward Gardner, sebenarnya mereka semua adalah orang-orang yang cerdas! Mereka telah menunjukkan kecerdasannya pada kita bahwa mereka adalah orang-orang yang unggul dan sukses di bidangnya. Mereka tidak terbandingkan dengan yang lain karena mereka memiliki kecerdasan pada ranah yang berbeda.

Mereka bisa mencapai kesuksesannya karena apa yang mereka kembangkan sesuai dengan potensi keunggulan yang dimilikinya. Jadi, apabila semua jenis kecerdasan dihargai maka semua anak akan bisa berkembang menjadi manusia-manusia unggul sesuai dengan bidang potensi kecerdasannya masing-masing.

Demikian juga dengan tokoh-tokoh dunia, seperti Albert Einstein, Michael Jackson, Beethoven, Pablo Picasso, dan Maradona Mereka adalah anak-anak yang cerdas dan sukses di bidang yang menjadi potensi kecerdasannya.

Bayangkan seandainya dulu, semasa masih kecil, mereka dipaksakan mendapat nilai 100 untuk pelajaran Matematika maka belum tentu kita akan menyaksikan mereka sebagai maestro yang hebat, penyanyi kelas dunia, pelukis yang cemerlang, dan pemain bola yang legendaris. Demikian juga seandainya dulu Einstein kecil lebih banyak diikutkan dalam kegiatan paduan suara atau lomba menyanyi seperti acara Idola Cilik di televisi kita mungkin dunia tidak akan pernah mengenalnya sebagai seorang ahli fisika terkemuka di dunia.
logoblog

No comments:

Post a Comment