Para guru dan orangtua harus menyadari bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dunia yang menyenangkan bagi anak yang penuh dengan spontanitas. Dunia yang membuat anak senang melakukan apa saja dengan penuh semangat dan gembira, tanpa ada rasa takut jika salah, bebas rasa cemas, bebas berekspresi dan berimajinasi.
Lihat saja bagaimana antusiasnya mereka ketika bermain game, nonton film, nonton video di Youtube, atau bermain di wahana kolam renang yang inovatif. Untuk bisa bermain game bahkan banyak anak-anak rela kabur dari sekolah, lupa makan, lupa waktu, dan kegiatan lainnya. Mereka begitu antusias dan tidak bosan-bosannya, bahkan rela berjam-jam bermain seakan-akan mereka tidak ada rasa lelah.
Dahulu sebelum Teknologi Informasi berkembang seperti sekarang, ada sandiwara radio yang terkenal, yaitu "Tutur Tinular" yang diputar pada sekitar tahun 1985. Begitu menariknya sandiwara ini sehingga banyak anak-anak rela kabur dari sekolah untuk bisa mendengarkan lanjutan ceritanya.
Apabila kita perhatikan sebenarnya ada unsur-unsur kesamaan yang membuat anak-anak begitu antusias bermain game dan mendengarkan sandiwara radio tadi. Kesamaan unsur itu antara lain unsur penasaran, harapan, dan imajinasi.
Hal ini persis seperti yang dikemukakan oleh ahli tentang teori bermain (Hughes, 1995) yang menyebutkan bahwa ada lima unsur ciri bermain, yakni: menyenangkan, motivasi diri, kebebasan berkreasi, imajinasi, dan peran serta aktif. Penjelasan unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.
- Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa senang dan gembira dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukannya menjadi tegang apalagi membuatnya stres.
- Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri, sehingga apa yang dilakukan oleh anak memang betul-betul dari kemauan untuk memuaskan dirinya. Bukan karena terpaksa, dipaksa, iming-iming hadiah, atau karena diperintah oleh orang lain.
- Bermain dipilih secara bebas oleh anak, sehingga apabila seorang anak dipaksa untuk bermain, sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitasnya bukan lagi bermain. Dalam sebuah penelitian disimpulkan bahwa suatu kegiatan bermain yang ditugaskan oleh seorang guru kepada murid-muridnya, ternyata cenderung akan dilakukan oleh anak sebagai bentuk pekerjaan, bukan sebagai kegiatan bermain. Meskipun kegiatan yang sama pada kesempatan yang berbeda akan diartikan sebagai suatu kegiatan bermain apabila hal tersebut dapat dipilihnya sendiri secara bebas.
- Bermain memberi ruang berfantasi, tidak selalu harus menggambarkan hal-hal yang sebenarnya. Pada anak usia TK bermain sering dikaitkan dengan berfantasi atau berimajinasi Anak mampu membangun suatu dunia yang luas, yang terbuka bagi berbagai kemungkinan, sesuai dengan mimpi-mimpi indah mereka serta kreativitas mereka yang kaya.
- Bermain melibatkan peran serta aktif anak, baik secara fisik, secara psikologis maupun keduanya sekaligus.
No comments:
Post a Comment