Kata yang empunya ceritera, pada suatu waktu di dalam sebuah negeri berdiamlah sepasang suami-istri yang pada penglihatan sepintas lalu pasangan suami-istri ini tidak serasi. Hal ini karena sang suami berusia lebih setengah abad sedangkan istrinya berusia sekitar 25 tahun. Tetapi sungguhpun usia keduanya sangat berbeda namun pasangan ini tetap hidup rukun. Tetapi pada suatu hari kerukunan hidup keduanya terganggu oleh perbuatan jahat dari seorang pemuda yang akan merampas si wanita muda ini dari kerukunan hidup suaminya. Peristiwa ini dimulai dengan kejadian sebagai di bawah ini.
Sesungguhnya tempat tinggal suami-istri yang disebutkan dalam ceritera ini sedikit jauh dari kota. Pada suatu hari keduanya bermaksud akan pergi mengunjungi keluarganya yang ada di kota. Pada waktu itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini, sehingga mereka hanya berjalan kaki. Lama perjalanan dari tempat tinggal keduanya sampai di kota kurang lebih 8 jam. Demikianlah setelah mereka berdua selesai sarapan pagi, mereka meninggalkan rumahnya. Menjelang jam 12 siang karena lelah dalam perjalanan ditambah pula panas teriknya matahari, mereka bermaksud beristirahat sambil memakan bekal yang dibawanya. Maka dicarilah tempat yang terlindung dan teduh. Setelah dicari kiri-kanan akhirnya ditemukan tempat yang cukup baik untuk tempat beristirahat. Ke sanalah mereka berdua pergi beristirahat sambil membuka bekal yang dibawanya.
Setelah sang suami selesai makan karena merasa sangat panas dan berkeringat, ia pun pergi mencari pancuran yang biasanya terdapat di kaki-kaki gunung di sepanjang tempat yang dilaluinya. Sudah dicari di sekitar tempat mereka istirahat tetapi tidak didapat, maka si suami berusaha mencari di tempat lain. Kebetulan pada saat itu seorang pemuda lewat pula di tempat itu. Pemuda ini usianya sebaya dengan usia wanita isteri orang tua itu tadi. Pemuda ini sangat kaget dan tertarik untuk mengetahui siapa sesungguhnya wanita itu. Apa sebabnya sehingga dia berada sendirian, dari mana dan akan ke mana perginya. Segeralah pemuda mendekati wanita itu dan langsung bertanya kepadanya.
Dalam percakapan mereka yang singkat itu pemuda ini mengetahui bahwa si wanita ini mempunyai suami yang kebetulan dilihat sepintas lalu oleh si pemuda pada waktu laki-laki tua atau si suami wanita pergi mencari pancuran untuk tempat mandi. Pemuda ini timbul maksud jahatnya untuk membujuk si wanita muda ini agar mengkhianati dan meninggalkan suaminya. Wanita muda itu dibujuk dan dirayu, dijanji untuk diberikan kebahagiaan serta kesentosaan.
Pemuda ini mengejek wanita muda itu dengan kata-kata, apakah tidak malu bersuami orang tua yang sudah masuk kakinya ke liang lahat. Sesungguhnya bukanlah sepantasnya menjadi suamimu melainkan sepantasnya adalah kakeknya. Dalam waktu yang singkat itu, wanita muda ini telah tergoda oleh rayuan dan godaan pemuda itu. Wanita muda ini telah mengkhianati suaminya. Sedang mereka duduk berdekatan berdua-duaan, laki-laki tua suami resmi wanita muda itu telah pulang dari tempatnya mandi, la sangat kaget dan sangat marah setelah melihat istrinya duduk berdua-duaan dengan seorang pemuda yang tidak dikenalnya lebih dahulu. Dihardik dan dimarahinya pemuda itu tetapi pemuda yang tak mengenal malu ini justru menantang laki-laki tua itu untuk berduel atau pergi mengadukan hal ini kepada raja. Karena laki-laki tua ini menyadari bagaimana terbatas keampuhan tenaganya untuk berduel dengan pemuda itu maka ia memilih untuk mengadukan hal ini kepada raja. Juga karena dilihatnya bahwa istrinya sudah tergoda oleh pemuda itu, mereka bertiga pun meninggalkan tempat itu menuju ke tempat raja yang tempatnya kira-kira 2 jam lebih perjalanan. Sepanjang perjalanan mereka bertengkar tetapi untung tidak terjadi perkelahian.
Tidak berapa lama mereka bertiga sampai di depan istana raja. Mereka ditanya oleh penjaga istana, apa maksud kedatangannya untuk menemui raja. Mereka pun menjelaskan bahwa akan mengadukan hai mereka agar raja mengadilinya. Maka penjaga istana pun mengantarkan mereka menghadap raja yang kebetulan pada waktu itu raja sedang berada di Balairung untuk menyelesaikan beberapa tugas sebagai pemerintah. Setelah mereka berada di hadapan raja maka yang mula-mula ditanya ialah laki-laki tua itu, apa maksud dan tujuan datang menghadap.
Maka laki-laki itu pun menceritakan semua hal itu dari awal sampai akhir, tidak kurang dan tidak lebih, semuanya sesuai dengan apa yang sebenarnya. Setelah itu maka pemuda mendapat giliran ditanya oleh raja.Maka pemuda itu pun memberikan penjelasan yang adalah dusta dan bohong belaka. la menuduh bahwa istrinya akan dirampas dari sisinya oleh laki-laki tua itu, dan laki-laki tua itu adalah pembohong dan penipu.
Kemudian si wanita muda itu pun mendapat giliran untuk dimintai keterangannya. Wanita muda ini sudah tergoda oleh pemuda itu tadi, sehingga ia pun menghianati suaminya dengan mengatakan kepada raja bahwa suaminya yang sesungguhnya ialah si pemuda itu, sedangkan laki-laki tua itu adalah penipu dan pembohong belaka. Seharusnya dia dihukum dengan hukuman yang berat.
Raja yang arif ini tidak gegabah dan memberikan keputusan untuk menghukum laki-laki tua itu hanya berdasarkan keterangan dari wanita muda dan pemuda itu saja. Raja akan memeriksa dan meneliti persoalan ini secara seksama. Karena hari sudah terlalu sore, raja menyuruh ketiganya pulang dan besok datang menghadap kembali.
Keesokan harinya pagi-pagi mereka bertiga pun datang kembali menghadap raja di Balairung. Pada waktu itu di halaman istana penuh sesak orang akan menyaksikan bagaimana akhir keputusan yang akan diberikan oleh raja. Tidak berapa lama mereka bertiga duduk, raja. pun tiba di Balairung. Pengawal-pengawal raja seperti biasanya ada yang membawa tombak dan senjata lainnya, tetapi dua di antara pengawal itu membawa gendang yang sama besarnya. Setelah raja duduk di Singgasananya, kedua gendang ini pun diletakkan. Sebuah di samping kiri Raja, sebuah di samping kanan Raja.
Pada waktu itu Raja pun membuka sidang pengadilan kembali. Kemudian berkata, "Sidang lanjutan dibuka dan akan diminta supaya kedua laki-laki yang berselisih agar memikul gendang ini masing-masing pulang-pergi dari Balairung ke rumah Perdana menteri yang jaraknya kurang lebih 500 meter. Yang mula-mula mendapatkan giliran ialah pemuda, disuruh mengangkat gendang yang ada di sebelah kiri raja untuk dibawa ke tempat yang telah ditentukan pulang-pergi."
Pemuda ini pun dengan tangkasnya mengangkat gendang itu sambil berjalan ia berkata, "Lebih berat dari gendang ini saya bersedia mengangkatnya asalkan wanita muda yang cantik, istri laki-laki tua itu saya dapat memilikinya, saya harus berusaha untuk menipu Raja agar supaya ia meyakini bahwa wanita itu benar-benar adalah istriku. Kalau hal ini memang bisa terjadi sayalah manusia yang paling beruntung karena dapat istri cantik secara kebetulan."
Demikianlah beberapa kata-kata pemuda ini, sepanjang perjalanan pulang-pergi memikul gendang itu. Tidak diketahuinya bahwa di dalam gendang itu tersembunyi seorang orang kate atau orang kerdil yang mencatat semua apa yang telah diucapkan oleh pemuda itu. Setelah pemuda itu tiba kembali, maka ia langsung meletakkan gendang itu di sebelah kiri raja lalu ia pergi duduk ke tempatnya semula.
Sekarang tibalah giliran laki-laki tua untuk mengangkat gendang. Maka diambillah gendang yang terletak di sebelah kanan raja, untuk dibawa pulang-pergi seperti yang telah dilakukan oleh pemuda tadi itu. Sepanjang perjalanan orang tua ini memohon kepada Allah katanya, "Tolonglah aku ya Allah, lindungilah hambamu yang tertipu dan teraniaya ini, hukumlah siapa yang bersalah dan lindungilah siapa yang benar. Hanya Engkaulah Yang Maha Tahu bahwa sesungguhnya wanita itu adaiah istriku yang sah. Apabila saya berbohong di dalam hal ini, saya bersedia menerima siksaan di hari kemudian."
Demikianlah antara lain kata-kata laki-laki tua itu yang kesemuanya dicatat dengan seksama oleh orang kerdil yang disembunyikan di dalam gendang itu. Setelah laki-laki tua ini pulang dari mengangkat gendang, maka gendang itu pun diletakkan di sebelah kanan raja. Setelah keduanya telah selesai melaksanakan tugas yang disuruhkan oleh raja, maka sudah akan diambil keputusan terakhir.
Beberapa orang pembesar kerajaan bertanya-tanya bagaimana akhir keputusan raja. Demikian pula orang banyak yang memenuhi tanah lapang di muka istana semuanya tidak sabar lagi menanti keputusan raja. Maka raja memerintahkan semua hadirin tenang karena keputusan sudah akan diumumkan. Setelah keadaan menjadi tenang, raja memerintahkan pada dua orang pengawalnya untuk mengangkat gendang ke hadapannya.
Setelah gendang itu berada di depan raja, maka raja memerintahkan kedua gendang itu dibuka salah satu sisinya. Setelah sisi gendang itu terbuka, tiba-tiba melompatlah keluar dua orang kerdil dari setiap gendang itu. Keduanya langsung menghadap raja dan menyerahkan catatan yang telah mereka buat masing-masing selama berada di dalam gendang. Dengan disaksikan beberapa orang pembesar kerajaan, catatan itu diperiksa, akhirnya diketahuilah bahwa pemudalah yang sesungguhnya penipu dan pembohong.
Sedangkan laki-laki tua adalah orang yang benar bertaqwa kepada Tuhan dan suami sah dari wanita muda itu. Pada saat itu juga pemuda itu disuruh membawa catatan yang telah dibuat oleh orang kerdil yang bersembunyi di dalam gendang yang telah dipikulnya tadi. Laki-laki tua itu pun demikian pula. Baik pemuda, begitu pula laki-laki tua keduanya mengakui kata-kata yang telah diucapkannya. Berdasarkan keterangan ini diputuskan bahwa pemuda ini bersalah dan harus dihukum dengan hukuman yang berat. Si wanita muda ini tadi dinasehati oleh raja jangan bersifat demikian. Tua atau muda kalau itu jodoh itulah yang harus diterima dan disyukuri. Selanjutnya raja meminta agar mereka hidup rukun kembali seperti semula.
Setelah keputusan raja diumumkan semua pembesar dan rakyat banyak, sangat kagum melihat kearifan sang raja di dalam memberikan keputusan untuk
menegakkan keadilan. Sidang pengadilan ditutup dan pemuda itu dibawa ke penjara untuk menjalani hukumannya.
Opo iki mbak
ReplyDelete