May 22, 2025

Sejarah Berdirinya Kerajaan Bone

 Apa yang terbesit di benak Anda saat pertama kali mendengar nama Bone? Daerah yang letaknya berada di daratan paling timur Sulawesi Selatan ini merupakan daerah kabupaten terluas ketiga di bawah kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur dengan luas wilayah sebesar 4.559,00 km2. Wilayah Bone terletak pada posisi 4°13' – 5°6' Lintang Selatan dan antara 119°42'-120°30' Bujur Timur. 


Di zaman dulu saat masih berbentuk kerajaan, Bone merupakan salah satu kekuatan besar di seantero Sulawesi. Banyak raja-raja yang memimpin negeri tersebut dan berhasil memperluas wilayah dengan taklukkan yang banyak. Satu di antara yang paling tersohor adalah nama Arung Palakka. Arung Palakka dikenal sebagai raja yang tangguh dan perkasa. Beliau dikenal sebagai anti penindasan. Bahkan saat kerajaan Gowa yang membuat rakyat Bone menderita, Arung Palakka-lah yang berinisiatif untuk membebaskan tawanan Bone dari cengkraman raja Gowa. Meski secara nasional dianggap sebagai pengkhianat, namun jasa-jasa Arung Palakka bagi tanah Bone sangatlah besar. Lalu, bagaimana kisah lengkapnya dari awal berdirinya Bone hingga saat ini menjadi kabupaten? Mari kita simak berikut ini.

Kerajaan Bone atau yang dikenal sebagai Akkarungeng ri Bone merupakan kesultanan yang terletak di Sulawesi bagian barat daya atau tepatnya di daerah Provinsi Sulawesi Selatan sekarang ini yang memliki luas areal sekitar 2600 km².

Kerajaan Bone berdiri pada awal abad XIV yang dimulai dengan turunnya Tomanurung ri Matajang Matasilompoe yang berhasil mempersatukan tujuh komunitas yang dipimpin oleh Matoa. Manurung ri Matajang kemudian menikah dengan Manurung ri Toro dan melahirkan La Ummasa Petta Panre Bessie yang kelak akan menjadi Arumpone kedua. We Pattanra Wanua yang tak lain adalah saudara perempuannya menikah dengan La Pattikkeng Arung Palakka yang melahirkan La Saliyu Karampelua sebagai Arumpone ketiga. Di masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Bone menajdi semakin luas berkat keberanian yang dimilikinya.

Ekspansi wilayah kerajaan Bone hingga ke daratan utara sampai pada kerajaan Luwu yang berkedudukan di Cenrana, muara sungai Walennae. Terjadilah perang antara Arumpone kelima, La Tenrisukki dengan Datu Luwu, Dewaraja yang berakhir dengan kemenangan kerjaan Bone dan disepakatilah Perjanjian Damai Polo MalelaE ri Unynyi. Isi perjanjian tersebut adalah sebagai berikut.

1. "Makkedai Arumpone (berkata Raja Bone): mali siparappeki, mareba sipatokkokki, dua ata seddi puang. Gauku Luwu gau'na Bone, manguruja-manguru deceng.

Artinya: kita naikkan yang hanyut, kita tegakkan yang rebah. Dua rakyat satu raja, tindakan Luwu tindakan Bone, sama-sama menanggung buruk baiknya.

2. Tessipamate-matei, sisappareng akkenunggi, tessibaweng pawengngi, tessitajeng alilungngi.

Artinya tidak saling mematikan, saling menunjukkan hak milik, tidak saling menghina, dan tidak saling mencari kesalahan.

3. Namauna siwennimua lettu'na to Bone ri Luwu, Luwuni. Namauna siwennimua lettu'na Luwue ri Bone, to Boneni mennang.

Artinya: walaupun baru satu malam orang Bone berada di Luwu, maka mereka sudah menjadi orang Luwu, walaupun baru satu malam orang Luwu berada di Bone, maka mereka sudah menjadi orang Bone

4. Tessiagelliang tessipikki, bicaranna Bone bicaranna Luwu, ade na Bone Ade'na Luwu, Ade na Luwu ade 'na Bone

Artinya tidak salaing memarahi dalam kesulitan, masalahnya Bone masalahnya Luwu, adatnya Bone adatnya Luwu, adatnya Luwu adatnya Bone

5. Tessiacinangngi ulaweng matasa, pattola malampe

Artinya: tidak saling mengingingkan emas murni dan calon generasi penerus.

6. Niginigi temmaringngerang riulu adae, iyya risering parowo ri Dewatae lettu ritorimunrinna Iyya makkuwa ramunramunna, apu-apunna ittello riaddampessangnge ri batue

Artinya: barang siapa yang mengingkari perjanjian perdamaian ini, maka dialah akan disapu seperti sampah oleh Allah sampai kepada anak cucunya, dan negerinya akan hancur seperti telur yang dihempaskan ke batu.

Dinamika dalam bidang politik militer zaman itu ditanggapi dengan usulan penasehat kerajaan yaitu Kajao Laliddong pada masa kepemimpinan Arumpone ketujuh La Tenrirawe Bongkangnge. Usulannya yaitu agar Bone membangun koalisi dengan negeri tetangganya, yaitu kerajaan Wajo dan Soppeng. Koalisi itu dikenal dengan Perjanjian TellumpoccoE.

Ratu Bone yang bernama We Tenrituppu adalah pemimpin kerajaan Bone pertama yang memeluk agama Islam. Namun demikian, agama Islam diterima secara resmi pada masa kepemimpinan Arumpone La Tenripale Matinroe ri Tallo yang merupakan Arumpone kedua belas. Pada masa ini pula Arumpone mengangkat Arung Pitu atau Ade' Pitue untuk membantu dalam menjalankan pemerintahan. Sebelumnya, yaitu La Tenriruwa telah menerima masuknya Islam, namun hal tersebut ditolak oleh adat Bone yang disebut Ade' Pitue sehingga dia memilih untuk hijrah ke Bantaeng hingga wafat di sana. Ketika Islam diterima secara resmi, maka susunan adat Bone berubah. Ditambahkan jabatan Parewa Sara (Pejabat Syariat) yaitu Petta KaliE (Qadhi). Namun, posisi Bissu kerajaan tetap dipertahankan.

Bone berada pada puncak kejayaannya setelah Perang Makassar, 1667-1669. Bone menjadi kerajaan paling dominan dijazirah selatan Sulawesi. Perang Makassar mengantarkan La Tenritatta Arung Palakka Sultan Saadudin sebagai penguasa tertinggi. Kemudian diwarisi oleh kemenakannya yaitu La Patau Matanna Tikka dan Batari Toja. La Patau Matanna Tikka kemudian menjadi leluhur utama aristokrat di Sulawesi Selatan.

Sejak berakhirnya kekuasaan Gowa, Bone menjadi penguasa utama di bawah pengaruh Belanda di Sulawesi Selatan dan sekitarnya pada tahun 1666 sampai tahun 1814 ketika Inggris berkuasa sementara di daerah ini, tetapi dikembalikan lagi ke Belanda pada 1816 setelah perjanjian di Eropa akibat kejatuhan Napoleon Bonaparte. Setelah perang beberapa kali mulai tahun 1824, Bone akhir berada di bawah kontrol Belanda pada tahun 1905 yang dikenal dengan peristiwa Rumpa'na Bone.

Pengaruh Belanda ini kemudian menyebabkan meningkatnya perlawanan Bone terhadap Belanda, tetapi Belanda-pun mengirim sekian banyak ekspedisi untuk meredam perlawanan sampai akhirnya Bone menjadi bagian dari Indonesia pada saat proklamasi. Di Bone, para raja bergelar Arumponé
logoblog

No comments:

Post a Comment