Ketika siswa tersebut menyelesaikan pendidikan tingkat SMP, mungkin dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih dapat yakni SMA/SMK. Ini berarti juga ia harus menyediakan waktunya pula untuk memperpanjang waktu belajar, yang berati usia dan waktu belajarnya semakin tinggi, yakni ditambah 3 tahun lagi dari usia 20 tahun yang telah dilewati selama menyelesaikan pendidikan SMA. Berarti untuk menyelesaikan SMA/SMK, ia harus mencapai 23 tahun berarti dari 20 % usianya hanya untuk menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat pendidikan SMA/SMK saja. Yang mungkin dipertanyakan pada usia 23 tahun ini adalah apakah pendidikan kita mampu menyiapkan seperangkat sesuai jenis sekolah yang untuk menyipakan siswa memasuki pasaran kerja, sebagai manifestasi harapan dan keinginan orang tua siswa.
Bagi mereka yang merasa mampu, baik finansial, sikp mental, maupun sikap mental, maupun kemampuan intelektual, bahkan mungkin juga ada yang kuliah sambil kerja atau bekerja sambil kuliah. Ketika siswa ini memilih jalur kuliah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka ini berarti ia harus menyiapkan waktu dan kesempatana untuk belajar diperguruan tinggi tersebut selama kurang lebih 1-7 tahun lamanya. Jika siswa (mahasiswa) ini setelah tergolong pintar, makan pendidikan yang ditempuhnya mungkin memakan waktu kurang lebih 4 atau 5 tahun lamanya. Berarti untuk menyelesaikan perguruan tinggi ia harus menyiapkan waktu kurang lebih 27 atau 28 tahun. Kondisi ini blum di tambah dengan memasukkan masa kerja (produktif) sesuai dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya. Katakanlah siswa (mahasiswa) ini setelah tamat dari perguruan tinggi memperoleah pekerjaan setelah tetap selang 5 tahun dari masa kelulusannya maka ia harus menghabiskan usia sebanyak 32 tahun hasil pendidikan ia tekuni. Jika kondisi seperti ini yang terjadi maka, pendidikan akan menyedot 50 % dari usia siswa untuk menyelesaikan pendidikan sampai keperguruan tinggi dan memperoleh pekerjaan yang tetap baik sebagai pegawai negeri pegawai swasta, karyawan, wirausahawan dan sebagainya.
Melihat kondisi seperti ini, pendidikab kita merupakan langkah yang mencemaskan, betapa tidak, lebih dari 50 % dari usia siswa akan tersedot untuk sampai kepda hasil pendidikan. Dengan demikian, pendidikan kita harus evaluasi.
Ada beberapa alasan yang mendasari perlunys dievaluasi pendidikan kita dari segi kuota waktu waktu belajar pada masing-masing tingkatan atau jenjang pendidikan, yaitu:
- Disadari atau tidak, selama ini belum banyak kritik yang ditujukan kepada pendidikan kita seputar seputar alokasi waktu dan usia belajar siswa di masing-masing tingkatan pendidikan, baik menyangkut tentang waktu yang dihabiskan untuk belajar terlalu lama, kesempatan, peluang kerja produktif, kondisi seperti ini, memberikan kesan kepada orang tua untuk secara langsung mengarahkan anak-anaknya untuk tetap melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya. Meskipun setiap tahun ada peningkatan angka belajar siswa dari masing-masing tingkatan, akan tetapi angka-angka tersebut masih kurang dibandingkan dengan angka usia belajar yang tidak tertampung dalam sekolah.
- Terjadinya inefisiensi pelayanan pendikan, terutama adanya pendidikan adanya kurikulum (mata pelajaran) yang tumpang tindih yang diajarkan pada masing-masing tingkatan, terutama pada tingkat pedidikan dasar dan menengah, banyak memberikan muatan-muatan kurikulum yang sama dan diajarkan pada pada jenjang sekolah yang berbeda, seperti pelajaran sejarah tentang pahlawan revolusi, pemberontakan DI/TII, permesta dan sebagainya, diajarkan di tingkt SMP dan SMA/SMK.
- Adanya materi pelajaran yang tidak yang irasional dan kasuistik, seperti materi tentang ilmu bumi dan antariksa pada pelajaran IPS pada tingkat sekolah menengah. Pelajaran ini tidak saja sulit diterima oleh siswa tetapi juga belum waktu untuk diketahui siswa.
Baca Juga Artikel
Mengenai kouta waktu belajar pada setiap jenjang pendidikan kita, tidak lepas dari kritikan di sebabkan waktu menempuh pendidikan terlalu lama yakni menghabiskan waktu kurang lebih 16 tahun baru siswa mampu menyelesaikan pendidikan sampai tingkat strata satu (S 1) belum ditambah pendidikan jenjang starata dua ( S 2) memakan waktu kurang lebih 2 tahun, dan starata tiga (S 3) kurang lebih 3 tahun. Dengan demikian, untuk menjadi seorang dokter dalam disiplin ilmu tertentu, seorang siswa (mahasiswa) haru menempuh pendidikan selama 21 tahun, jika pendidikan yang ditempuhnya termasuk berjalan lancar, sedang jika ia menghadapi berbagai kendala, kemungkinan waktu yang akan dilaluinya lebih lama lagi dalam menyelesaikan pendidikan sampai tingkat doktor. Dari penerapan sistem catur wulan dan semester pada masing-masing sistem persekolahan kita pada tingkat Sekolah Dasar, SMU/SMK maka jelas kelihatan bahwa sebenarnya, sistem persekolahan kita menerapkan sistem catur wulan dan semester yang panjang. Hal ini berimplikasi kepada lamanya waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk menyelesaikan pendidikan dimasing-masing tingkatan sekolah, akibatnya ia akan menghabiskan waktu dan usianya hanya untuk menuntut pendidikan.
Diantara strategi yang dapat dilakukan untuk menyikapi penerapan program akselerasi lamanya di sekolah ini adalah :
(bersambung)
Diantara strategi yang dapat dilakukan untuk menyikapi penerapan program akselerasi lamanya di sekolah ini adalah :
- Tersedianya kurikulum yang padat dan relevan dengan tingkat kebutuhan sekolah.
- Penyiapan sarana dan prasarana yang mendukung arah akselerasi pendidikan.
- Visi, misi, dan tujuan pendidikan harus jelas serta mengarah pada pengenalan dan kompetensi keterampilan, profesional, dan pakar yang diinginkan.
- Terciptanya budaya keilmuan yang berpusat pada sekolah
- Komitmen yang tingi (strong comitment) untuk menciptakan prestasi yang tinggi dan keunggulan.
- Memiliki kepekaan sosial dan kepemimpinan.
- Disiplin kelembagaan yang cukup tinggi.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment