Dec 19, 2019

Legenda Patung Joko Dolog Surabaya

Pangeran Situbanda putra Adipati Cakraningrat di Madura dengan diikuti oleh kedua pengawalnya Gajah Seta dan Gajah Menggala berlayar ke Kadipaten Surabaya. Sesampai ke Kadipaten Surabaya ia disambut Jayengrana dengan baik.

Adipati Jayengrana : "Ada maksud apakah kiranya Pangeran mau datang berkunjung ke Surabaya ini?"
Pangeran Situbanda : " Maafkan saya, Paman. Kedatangan saya kemari adalah ingin menyampaikan maksud hati saya yang sudah lama terpendam."
Adipate Jayengrana : "Maksud apakah itu, Pangeran?"
Pangeran Situbanda : "Sudah saya menginginkan Adinda Purbawati untuk menjadi istri saya, paman adipati."

Mendengar keterangan dari Pangeran Situbanda itu, Adipati Jayengrana tidak dapat menentukan untuk memutuskan sendiri. Adipati Jayengrana kemudian memanggil putrinya Dewi Purbawati. Kepada anaknya Dewi Purbawati inilah diceritakan yang maksud kedatangan Pangeran Situbanda ke Kadipaten Surabaya. 

Sebenarnya Dewi Purbawati tidak menyukai pangeran dari Madura itu. Namun, mau menolak secara langsung, Dewi Purbawati tidak enak hati mengingat ayahnya sangat akrab dengan ayah Pangeran Situbanda karena merupakan sahabat yang erat. Tidak ada cara lain bagi Dewi Purbawati kecuali menolak dengan halus. Lalu, Dewi Purbawati yang merupakan permintaan yang sebenarnya adalah suatu bentuk penolakan secara halus terhadap pangeran dari Madura itu.

Dewi Purbawati : "Baiklah, Ayahanda. Hamba mau menjadi istri Kakanda Pangeran Situbanda, asalkan Kakanda Pangeran Situbanda bisa membuatkan hutan Surabaya agar bisa menjadi perkampungan bagi anak cucu kita di hari nanti!"

Pangeran Situbanda tertawa senang mendengar bahwa Dewi Purbawati yang diidam-idamkan itu menjadi istrinya walaupun syarat diajukan sangat berat. Oleh karena itu, Pangeran Situbanda pun menyuruh pengawalnya Gaja Seta dan Gajah Manggala pulang untuk mengabarkan kabar gembira ini kepada ayahnya. Pangeran Situbanda sendiri segera menuju hutan Surabaya untuk memulai membabat hutan itu.

Waktu itu, di Kadipaten Surabaya ada tamu dari Kadipaten Kediri yaitu Pangeran Jaka Taruna. Karena sudah biasa bermain-main di Kadipaten Surabaya sejak kecil, Pangeran Jaka Taruna segara menuju ke tempat kediaman Dewi Purbawati. Antara Jaka Taruna dan Dewi Purbawati sudah sejak lama saling  mencintai. Di taman kaputren, Panngeran Jaka Taruna melihat Dewi Purbawati kekasihnya  itu tengah melamun. Melihat yang datang adalah kekasih hatinya itu tengah melamun. Melihat yang datang adalah kekasih hatinya, Dewi Purbawati menangis di hadapan Pangeran Jaka Taruna.

Jaka Taruna             :" Apakah yang membuatmu sedih, Dinda?"
Dewi Purbawati  :" Oh, Kanda. Mengapa Kanda tega kepadaku. Mengapa Kanda tak segera melamarku. Sekarang aku dilamar oleh Kanda Pangeran Situbanda."
Jaka Taruna        : " Apa ? Kanda Pangeran Situbanda telah melamarmu? Dan kamu tak menerimanya kan ?
Dewi Purbawati : " Tentu saja tidak. Kanda . Tapi aku menggunakan satu syarat, aku diperistri jika mampu membabat hutan Surabaya terkenal angker itu.
Jaka Taruna        : " Dinda! Kamu belum mengenal kesaktian Kanda Kanda Pangeran Situbanda. Tentu dia akan bisa membabat hutan Surabaya dan akan memperistrimu."

Terkejut Dewi Purbawati mendengar keterangan dari kekasihnya.
Jaka Taruna     : " Kalau begitu Kanda harus berusaha menghalang-halangi Pangeran Situbanda. Atau Kanda ikut saja membuka hutan Surabaya itu karena itu sudah di sayembarakan. Siapa yang dapat membabat hutan Surabaya dialah berhak memperistri aku."

Pangeran Jaka Taruna pun segera menghadap Adipati Jayengrana untuk mengatakan bahwa antara dia dan Dewi  Purbawati sudah lama menjalin hubungan Asmara. Karena Dewi Purbawati sayembara untuk membabat hutan Surabaya, Pangeran Jaka Taruna pun ingin mengikuti agar kekasihnya tak jatuh ditangan orang lain. Adipati Jayengrana tak bisa melarang karena dengan cepat Pangeran Jaka Taruna sudah berlalu dihadapan, berlari menuju hutan Surabaya. Di dalam hutan Surbaya, Pangeran Situbanda  sedaang beristirahat dari menebang pepohonan. Tiba-tiba ia mendengar suara orang menebang pohon dari kejauhan. Ia segera mencari arah datang suara itu. Ternayata yang sedang menebang kayu itu adalah Pangeran Jaka Taruna, putra Adipati Kediri. Pangera Situbanda pun bertanya apa maksud Pangeran Jaka Taruna ikut-ikutan menebang pohon.

Pangeran Jaka taruna mengatakan bahwa dia juga mengikuti sayembara yang diminta oleh Dewi Purbawati. Mendengar hal ini Pangeran Situbanda marah dan menyuruh Pangeran Jaka Taruna pulang. Pangeran Jaka Taruna tak mau meninggalkan hutan itu. Akhirnya, kedua pangeran itu bertarung habis-habisan, mempertaruhkan nyawa demi sang pujaan hati. Dalam pertarungan itu, Pangeran Jaka Taruna berhasil dilemparkan oleh Pangeran Situbanda hingga tersangkut didahan pohon yang menjulang tinggi.

Pangeran Jaka Taruna melolong-lolong meminta pertolongan. Namun, Pangeran Situbanda tak peduli dan meninggalkan Pangeran Jaka Taruna. Pangeran Jaka Taruna Tak henti-hentinya meminta pertolongan. Pada saat itu, ada seorang pemuda bernama Jaka Jumput yang pekerjaan sehari-harinya mencari dedaunan untuk bahan obat-obatan lewat di bawah pohon tempat Pangeran Jaka Taruna tersangkut. Mendengar ada suara minta tolong, Jaka Jumput segera mencari-cari arah datangny suara itu. Ketika sudah ditemukan, Jaka Jumput pun menolong Pangeran Jaka Taruna dengan menurunkannya  dari dahan pohon yang tinggi. Jaka Jumput pun menanyakan hal ihwak sampai Pangeran Jaka Taruna bisa menyangkut di dahan pohon yang sangat tinggi. Pangeran Jaka Taruna pun menceritakan semuanya.

Jaka Jumput :" Andaikan saya bisa mengalahkan orang yang bernama Pangeran Situbondo itu, apakah hadiah yang akan engkau berikan padaku?"
Pangera Jaka Taruna  : " Apa pun yang engkau minta , aku akan memenuhinya Jaka Jumput!"

Jaka Jumput pun bersedia untuk mengusir Pangeran Situbanda. Ia segera mencari Pangeran Madura itu di hutan Surabaya. Ketika Sudah bertemu, Jaka Jumpu segera menantang Pangeran Situbanda. Merasa ada yang mengganggu pekerjaanya, Pangeran Situbanda sangat marah. Apa lagi orang itu telah menantangnya. Antara Jaka Jumput dan Pangeran Situbanda pun segera terjadi pertarungan. Ternyata ilmu silat dan kesaktian Jaka Jumput jauh melampau Pangeran Situbanda. Akibatnya Pangeran Situbanda menjadi bulan-bulanan Jaka Jumput hingga pangeran dari Madura itu melarikan diri ke arah timur, Konon akhirnya Pangeran Madura itu tinggal di sebuah tempat yang sekarang bernama Situbondo.

Pangeran Jaka Taruna yang sedari tadi mengawasi jalannya pertarungan antara Jaka Jumput dengan Pangeran Situbanda. Begitu melihat Pangeran Situbanda kalah serta melarikan, ia segera berlari menuju Kadipaten Surabaya. Jaka Jumput yang melihat orang yang di tolongnya melarikan diri  segera diikutinya. Sesampai di Kadipaten Surabaya, Pangeran Jaka Taruna melaporkan bahwa Pangeran Situbanda sudah dikalahkannya dan hutan Surabaya sudah terbuka semua. Namun, pada saat itu datang Jaka Jumput menyanggah keterangan dari Pangeran Jaka Taruna
Jaka Jumput : " Hambalah yang dapat mengalahkan dan membunuh Pangeran Situbanda, bukan dia."
Jaka Taruna : " Jangan percaya omongannya Paman Jayengrana. Dialah berbohong karena menginginkan hadiah dari paman Adipati Jayengrana!"
Jaka Jumput : " Hambat jujur Kanjeng Adipati. Sebagai bukti saya membawa pusaka dari Pangeran Situbanda.

Adipati Jayengrana mengangguk-angguk membenarkan yang dikatakan Oleh Jaka Jumput.

Adipati Surabaya : "Mana buktinya kalau kamu mengalahkan Pangeran Situbanda, Pangeran Jaka Taruna.
Jaka Taruna         : " Tapi sayalah yang mengalahkan  Pangeran Situbanda Paman Adipati Jayengrana. Anak desalah itulah yang mengaku-ngaku!"
dipati Surabaya : " Sudah, untuk membuktikan kebenaran dari kata-kata kalia berdua, kalian harus bertarung. Siapa yang menang, dialah yang mengalahkan Pangeran Situbanda dan berhak memperistri Dewi Purbawati.

Pangeran Jaka Taruna kemudian berduel dengan Jaka Jumput. Keduanya mengerahkan kesaktian milik mereka. Jaka Taruna menggunakan keris pusakanya sementara Jaka Jumput menggunakan senjata cambuk yang ia beri nama Kyai Gembolo Geni. Awalnya pertarungan berjalan seimbang namun lambat laun Jaka Taruna terlihat tidak mampu mengimbangi kesaktian Jaka Jumput. Sampai akhirnya cambuk Jaka Jumput mengenai tubuhnya, sehingga membuat Pangeran Jaka Taruna terjatuh dan tergeletak di tanah tidak berdaya.

Adipati Jayerngrana   : "Jaka Taruna, mengapa engkau berani membohongiku. Aku kecewa denganmu."

Pangeran Jaka Taruna hanya diam tergeletak di tanah. Tubuhnya lemah seusai bertarung. Ia juga sangat malu.

“Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku hai Jaka Taruna? Mengapa sekarang engkau hanya diam seperti patung?” Adipati Jayengrana merasa jengkel.

Tidak lama kemudian terjadi sebuah keanehan, tubuh Pangeran Jaka Taruna berubah menjadi sebuah patung. Ucapan Adipati Jayengrana menjadi sebuah kutukan. Di kemudian hari, patung Pangeran Jaka Taruna dinamakan Joko Dolog.
logoblog

No comments:

Post a Comment