Di Jawa pengetahuan persiapan (tata bahasa Arab dan
sebagainya), yang teoritis sangat penting, dilangkahi saja dan sering tidak
dilakukan sampai menjelang akhir pendidikan. Setelah diperkenalkan dengan
beberapa buku pedoman yang bersifat elementer, si murid segera dijejali buku
pegangan yang lebih besar. Buku-buku pegangan tersebut dibaca kalimat demi
kalimat di bawah bimbingan guru yang mungkin pengetahuannya tentang tata bahasa
Arab tidak lebih baik dibanding muridnya. Kalau sang guru tidak melakukan penyimpangan berarti dalam melafalkan
konsonan-konsonan bahasa Arab, hal itu semata-mata berkat daya ingatnya yang
tajam.
Setelah suatu kalimat dibaca, guru menterjemahkannya ke dalam bahasa Jawa;
tentu saja bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari
karena merupakan terjemahan harfiah dari teks bahasa Arabnya sementara
materinya bahan pendidikan tinggi dan istilah-istilah tehnis biasanya tidak
diterjemahkan.
Hanya kesamaan materi dan gaya penulisan tak bervariasi yang
membantu murid menghafal teks (lapal1)) dan terjemahannya (makna atau logat1 )).
Guru melanjutkan terjemahan kata demi kata dengan keterangan penjelasan (murad)1)
yang ditujukan untuk membuat maksud pengarang menjadi jelas. Mungkin nampaknya
aneh. Tetapi para murid yang rajin akhirnya memperoleh kemahiran tinggi berkat
metode yang lain daripada yang lain tersebut sehingga mereka mampu menterjemahkan
buku-buku bahasa Arab yang sederhana ke dalam bahasa Jawa. Tentu saja mereka
berpeluang melakukan kesalahan-kesalahan besar dan bahkan pengucapan mereka
atas kata-kata Arab jarang sekali betul-betul sempurna.
Dalam tata bahasa,
masalahnya banyak tergantung pada masa perbandingan tradisi mereka. Kalau guru
mereka atau guru dari guru mereka mempunyai pengetahuan yang memadai tentang
tata bahasa, besar kemungkinan mereka mampu memahami teks dengan kekeliruan
yang lebih kecil dibanding dengan penyampaian yang sudah lama berdasarkan
ingatan saja. Sebab utama tidak patahnya kesabaran para murid di kalangan
masyarakat Jawa dalam proses seperti ini adalah karena mereka merasa pengetahuan
mereka bertambah tiap kali mengikuti pelajaran.
Mereka senang lantaran
menyadari telah membaca buku pegangan (lapal) dalam teks aslinya. Kesenangan
serupa ini tidak akan mereka peroleh bila mereka seperti kebanyakan orang lain membatasi
diri membaca bukubuku berbahasa Jawa saja. Terjemahan harfiah yang segera
menyusul (logat atau ma'na) memupus segala kesangsian tentang arti kata-kata Arab
tersebut, dan penjelasan (murad) membuat pelajaran dapat dicerna dan
diterapkan.
No comments:
Post a Comment