Feb 23, 2017

Perbedaan Metode pengajaran di Jawa dan di Aceh

Di Jawa pengetahuan persiapan (tata bahasa Arab dan sebagainya), yang teoritis sangat penting, dilangkahi saja dan sering tidak dilakukan sampai menjelang akhir pendidikan. Setelah diperkenalkan dengan beberapa buku pedoman yang bersifat elementer, si murid segera dijejali buku pegangan yang lebih besar. Buku-buku pegangan tersebut dibaca kalimat demi kalimat di bawah bimbingan guru yang mungkin pengetahuannya tentang tata bahasa Arab tidak lebih baik dibanding muridnya. Kalau sang guru tidak melakukan penyimpangan berarti dalam melafalkan konsonan-konsonan bahasa Arab, hal itu semata-mata berkat daya ingatnya yang tajam. 

Setelah suatu kalimat dibaca, guru menterjemahkannya ke dalam bahasa Jawa; tentu saja bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari karena merupakan terjemahan harfiah dari teks bahasa Arabnya sementara materinya bahan pendidikan tinggi dan istilah-istilah tehnis biasanya tidak diterjemahkan. 

Hanya kesamaan materi dan gaya penulisan tak bervariasi yang membantu murid menghafal teks (lapal1)) dan terjemahannya (makna atau logat1 )). Guru melanjutkan terjemahan kata demi kata dengan keterangan penjelasan (murad)1) yang ditujukan untuk membuat maksud pengarang menjadi jelas. Mungkin nampaknya aneh. Tetapi para murid yang rajin akhirnya memperoleh kemahiran tinggi berkat metode yang lain daripada yang lain tersebut sehingga mereka mampu menterjemahkan buku-buku bahasa Arab yang sederhana ke dalam bahasa Jawa. Tentu saja mereka berpeluang melakukan kesalahan-kesalahan besar dan bahkan pengucapan mereka atas kata-kata Arab jarang sekali betul-betul sempurna. 

Dalam tata bahasa, masalahnya banyak tergantung pada masa perbandingan tradisi mereka. Kalau guru mereka atau guru dari guru mereka mempunyai pengetahuan yang memadai tentang tata bahasa, besar kemungkinan mereka mampu memahami teks dengan kekeliruan yang lebih kecil dibanding dengan penyampaian yang sudah lama berdasarkan ingatan saja. Sebab utama tidak patahnya kesabaran para murid di kalangan masyarakat Jawa dalam proses seperti ini adalah karena mereka merasa pengetahuan mereka bertambah tiap kali mengikuti pelajaran. 

Mereka senang lantaran menyadari telah membaca buku pegangan (lapal) dalam teks aslinya. Kesenangan serupa ini tidak akan mereka peroleh bila mereka seperti kebanyakan orang lain membatasi diri membaca bukubuku berbahasa Jawa saja. Terjemahan harfiah yang segera menyusul (logat atau ma'na) memupus segala kesangsian tentang arti kata-kata Arab tersebut, dan penjelasan (murad) membuat pelajaran dapat dicerna dan diterapkan.
logoblog

No comments:

Post a Comment