Jun 11, 2021

8 Keterampilan (8 Skills Program Parenting) Utama yang Dibutuhkan Orang Tua dalam Mendidik Anak-anaknya

Seperti pepatah yang diungkapkan oleh Dr. Haim G. Ginott “ jangan jadi orang tua, tetapi jadilah manusia yang menjadi orangtua”. Dalam hal ini tidak semua orang tua bisa menjadi orang tua. Maksudnya orang yang sudah tua umurnya tidak selamanya bisa menjadi orang tua dalam hal mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu lebih baik menjadi orang tua daripada menjadi orang dengan umur tua namun tidak bisa seperti orang tua.

Memang tidak mudah mendidik anak. Tidak hanya mengandalkan kasih sayang semata, anak juga membutuhkan perhatian, pengertian, pendidikan, keterampilan dan masih banyak kebutuhan lain yang diperlukan anak untuk menjadi orang yang berguna kelak di kemudian hari. Baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Setidaknya ada 8  keterampilan (8 skills Program Parenting) utama yang dibutuhkan orang tua dalam mendidik anak-anaknya antara lain:

1. Memahami untuk Menjadi dan Belajar Menjadi Orang Tua yang Baik adalah Proses Sepanjang Hayat

Tidak ada sekolah formal menjadi orang tua yang baik. Demikian dengan orang tua kita sebelumnya. Mereka tidak pernah menempuh pendidikan khusus untuk bisa mendidik kita hingga kesuksesan yang kita raih sekarang ini. Tapi kenyataannya saat ini kita bisa menjadi seperti yang mereka harapkan. Setidaknya tak mengecewakan mereka yang telah mendidik kita dengan berbagai cara.

Menjadi orang tua harus belajar sendiri, baik dari pengalaman learning by doing maupun bertanya kepada orang lain yang lebih berpengalaman, termasuk kedua orang tua yang telah mendidik kita. Selain itu pengetahuan menjadi orang tua juga bisa didapat dari hasil membaca buku, mengikuti seminar-seminar, ceramah dan diskusi dalam hal mengembangkan keterampilan mengasuh anak.

Seperti yang dikatakan Dr. Haim G.Ginot dalam bukunya “Between Parent and Child” (1965) bahwa kehidupan sebagai orang tua merupakan serangkaian kejadian kecil, Konflik berkala, dan krisis mendadak yang tak pernah berakhir dan memerlukan Respon yang mengandung berbagai konsekuensi. Hal ini sangat mempengaruhi kepribadian dan harga diri. Semuanya menuju keadaan yang lebih baik atau buruk. Ini semua harus kita lewati dan adanya peristiwa atau kejadian apapun bentuknya, maka kesemuanya itu akan menjadi pembelajaran dalam hidup kita sebagai orang tua pada umumnya dan nantinya akan sangat berguna dalam pengasuhan anak-anak kita.

2. Memahami Tingkat Perkembangan Anak

Setiap orang tua wajib memonitoring perkembangan yang terjadi pada anaknya. Bagaimana tumbuh kembang anak harus tidak luput dari pengamatan orang tua. Yang dimaksud perkembangan anak di sini adalah perubahan yang terjadi dalam rentang waktu kehidupan manusia. Perubahan dalam hal ini bisa terjadi secara kualitatif maupun kuantitatif.

Perubahan kualitatif merupakan perubahan yang tidak bisa diukur atau dinyatakan dalam nilai tertentu, misalnya tentang cara berpikir secara konkrit menjadi abstrak. Sedangkan perubahan kuantitatif merupakan perubahan yang bisa diukur atau dinyatakan dalam nilai tertentu. Sebagai contoh berubahnya berat badan seseorang atau tinggi badan dan lain-lain.

Perkembangan dalam kehidupan manusia dapat terjadi dalam beberapa aspek, seperti yang diungkapkan Papalia dan Olds (2021) bahwa perkembangan seseorang meliputi tiga aspek yaitu:

a. Perkembangan secara fisik

b. Perkembangan secara kognitif

c. Perkembangan secara kepribadian dan sosial.

Ketiga aspek tersebut terjadi pada seorang anak sesuai dengan pertumbuhan usianya. Sejak dari masa pertumbuhan dalam perut ibu, lahir bayi, anak-anak, masa remaja hingga masa dewasa awal. Setelah meninggalkan dewasa awal perkembangan orang dewasa dalam aspek tertentu cenderung tetap atau bahkan menurun. Sebagai contoh untuk tinggi badan. Tinggi badan seseorang cenderung tetap setelah memasuki usia dewasa awal. Dalam artian sudah tidak bisa bertambah lagi secara signifikan layaknya anak-anak menuju masa remaja.

Ada beberapa alasan mengapa orang tua perlu memonitoring tumbuh kembang anaknya. Alasan tersebut antara lain:

a. Orang tua menjadi tahu bagaimana perkembangan anaknya, apakah tumbuh kembangnya normal sesuai dengan tingkat usia yang dimiliki atau tidak. Dengan demikian orang tua dapat mendeteksi secara Dini Apabila ada sesuatu yang berjalan tidak sesuai dengan perkembangan umum secara normal.

b. Orang tua sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam pengasuhan harus mempunyai alat ukur dalam merawat atau mengasuh anak-anaknya karena tumbuh kembang berjalan menurut norma-norma tertentu.

c. Mempelajari tumbuh kembang memberikan guidelines untuk memiliki rata-rata atau perubahan fisik, intelektual sosial, dan emosional yang normal dari seorang anak.

d. Mengetahui adanya faktor-faktor kritis yang menjadi ciri dalam tiap tahap perkembangan. Pada dasarnya anak-anak menampilkan berbagai perilaku sesuai dengan ciri masing-masing fase tersebut.

e. Orang tua mampu bersikap tenang dan dapat menghadapi berbagai gejala yang mungkin muncul pada setiap tahap tertentu dan perkembangan tertentu.

3. Memahami Anak sebagai Individu yang Unik

Anak berkembang dengan cara-cara tertentu sesuai dengan karakteristiknya, itulah mengapa anak dianggap sebagai individu yang unik. Sebagaimana manusia lain yang terus tumbuh dan berkembang, maka anak-anak yang terus mengalami pertumbuhan atau perubahan pada aspek fisik, kognitif atau intelektual, psychologist, sosial dan emosional. Perkembangan yang dialami anak pada semua aspek perkembangan tidak akan pernah sama satu dengan yang lain alias unik. Mskipun pada bayi kembar identik.

Oleh karena itu, di samping ada kesamaan-kesamaan umum dalam pola perkembangan yang dialami oleh setiap individu, terjadinya variasi individu dalam perkembangan anak bisa terjadi setiap saat. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur yang paling berpengaruh satu sama lain. Dengan demikian setiap anak yang dilihat sebagai satu individu tentunya memiliki potensi yang berbeda satu dengan lainnya namun saling melengkapi dan sangat berharga.

Beberapa jenis keunikan atau perbedaan yang timbul pada anak antara lain:

a. Perbedaan secara Fisik

Secara kasat mata kita bisa melihat bahwa setiap anak memiliki bentuk fisik yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lain. Mulai dari tinggi badan dan berat badan warna kulit, bentuk badan dan wajah, tidak akan pernah sama. Ada yang kurus, Gemuk, tinggi , pendek, kulit putih atau hitam, rambut panjang atau pendek, lurus, keriting, wajah bulat atau oval dan lain-lain.

b. Perbedaan dari Sisi Kognitif

Seperti bisa kita amati dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua anak memiliki kecerdasan yang sama. Ada yang sangat pintar, rata-rata, dan ada juga yang kurang bahkan idiot. Mengacu pada skala Stanford-Biner ada yang mempunyai IQ 150 ( amat Superior), rata-rata (90-110), dan ada juga di bawah rata-rata atau bahkan idiot di bawah 70.

c. Perbedaan Kecerdasan Emosi dan Karakter

Perbedaan dalam kecerdasan emosi serta karakter bisa dilihat dari anak-anak sejak mereka kecil. Sebagian anak-anak dari semenjak kecil sudah mewarisi sifat-sifat seperti ini. Banyak faktor yang bisa menyebabkan mereka memiliki karakter karakter seperti mudah marah, ngambek, sabar, penyayang, judes dan sebagainya. Karakter-karakter ini bisa menjadi turunan dari orang tua mereka atau karena faktor genetik yang diwariskan dari orang tua mereka, karena faktor-faktor nutrisi, atau juga karena lingkungan sekitar hidupnya. Jadi anak yang periang,aktif,rajin, serta selalu optimis, ada juga anak yang pemalas,lamban, pasif dan selalu bersedih. Ada ya suka bicara, senang berteman, ada juga anak yang minder dan tidak suka bergaul.

d. Perbedaan dalam Kematangan atau Kedewasaan

Setiap tahap perubahan anak ada tahap di masa seseorang anak mencapai kematangan atau kedewasaan fisik, kognitif, psychologist, dan sosial emosionalnya. Namun pencapaian ini tidak terjadi dan tidak akan pernah sama antara satu anak dengan lainnya. Ada yang terlihat fisiknya lebih dulu matang sementara kognitifnya belum. Ada yang fisik dan kognitifnya sudah matang akan tetapi kematangan psikologis dan sosial emosionalnya masih belum. Ada yang psikologis dan sosial emosionalnya sudah matang, namun kematangan fisiknya belum tercapai maksimal. Kondisi ini akan bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain di mana kita tidak bisa meramalkan aspek yang mana dulu dari seorang anak yang lebih dahulu mencapai kematangan atau kedewasaannya.

Seperti apa yang diungkapkan Jean Soto, bahwa setiap anak ini unik. Tujuan utama dari setiap pendidikan dan pengajaran adalah kita mendidik anak-anak kita dengan segala kekurangan dan segala potensinya yang ada sehingga potensi ini bisa kita kembangkan untuk kebaikannya secara maksimal lagi.

4. Mempunyai Kemampuan Komunikasi

Menurut Elly Risman psikolog dari Yayasan buah hati, komunikasi dengan anak adalah cara yang baik untuk memproteksi anak supaya lebih aman di luar rumah. Bagaimana tidak. Komunikasi dalam keluarga merupakan suatu keharusan titik tanpa komunikasi yang baik mustahil akan tercipta keluarga yang bahagia. Sebagai orang tua Kok maaf ayah dan ibu harus bisa membangun komunikasi yang baik, baik terhadap sesama suami istri maupun kepada anak-anak mereka. Orang tua harus menjadi satu tim yang solid, konsisten sehingga disiplin dalam keluarga bisa tercapai.

Konsistensi merupakan dasar komunikasi yang baik titik ketika ayah bilang bahwa adalah A tidak baik maka ibu juga harus mengatakan hal yang sama. Sekali saja Ayah atau Ibu melanggar dan anak mengetahuinya maka tidak akan ada rasa kepercayaan anak kepada orang tuanya anak tidak akan lagi mau mendengarkan apalagi mempercayai orangtuanya.

Oleh karena itu sangat penting menjaga konsistensi terutama dalam berkomunikasi. Memang tidak mudah menjaga konsistensi. Bahkan bersikap konsisten merupakan aturan terberat yang harus dihadapi orang tua dimanapun. Benar apa kata pepatah, jangan menasehati orang lain sebelum bisa menasehati diri sendiri. Ini merupakan salah satu bentuk konsisten kita terhadap diri kita sendiri.

Apabila di dalam keluarga anak mendapatkan jalinan komunikasi yang baik dan konsisten maka di luar rumah dia tidak akan mudah percaya dengan orang lain. Anak akan terlindungi dari pengaruh buruk lingkungan yang kurang baik yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku dan perbuatan negatif melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sebagai contoh adalah kenakalan remaja seperti minuman minuman keras, pergaulan bebas, video porno, narkoba dan lain sebagainya.

5. Mempunyai Kematangan Priibadi dan Keharmonisan dalam Keluarga

Keluarga merupakan wadah pendidikan yang memiliki pengaruh signifikan bagi perkembangan dan kedewasaan seorang anak. Dari keluarga lah pondasi kuat pendidikan terbentuk, selain pendidikan di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Salah satu syaratnya ialah Orang tua harus selalu bisa menjaga keharmonisan keluarga yang dicapai dengan kematangan pribadi masing-masing orang tua tersebut.

Menurut Mohdlor (1994) mengatakan bahwa kematangan pribadi sangat besar artinya bagi pasangan yang berumah tangga. Tidak adanya kematangan pribadi menyebabkan masing-masing pasangan kurang dapat menerima dan memahami pasangannya, tidak ada penyesuaian di antara mereka sehingga mereka mengakibatkan keluarga kurang harmonis.

Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang mampu mengembangkan potensi dan kepribadian dari masing-masing anggota keluarga secara optimal. Perlu diketahui bahwa usaha untuk membangun keluarga harmonis berasal dari kemampuan dan kemauan dari orang tua. Keharmonisan keluarga tergantung dari kemampuan orang tua untuk berperan sebagai orang tua yang secara utuh. Semakin baik dan harmonis hubungan antar anggota keluarga, akan semakin baik pula kehidupan yang dialami seorang anak dalam mencapai kedewasaan. Adanya lingkungan keluarga yang harmonis tentunya menjadi dukungan positif yang berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku anak, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

6. Memahami Diri Sendiri

Orang yang paling berperan dalam pendidikan dan pengasuhan anak sejak lahir adalah orang tua. Dalam bersikap dan berperilaku anak-anak banyak dipengaruhi oleh lingkungannya khususnya orang tua. Karena orang tua adalah lingkungan pertama yang paling dekat dengan anak-anak sehingga dijadikan model atau contoh oleh mereka. Disadari atau tidak oleh orang tua, anak mudah sekali meniru dan mencontoh perilaku, tindakan dan emosi psikologis mereka.

Apabila perilaku positif yang ditiru tentu orang tua akan senang. Namun apabila perilaku buruk yang ditiru tentu tak satupun orang tua ingin menularkan Sisi buruknya kepada anak-anak mereka. Begitu juga dengan kita. Untuk itu kita sebagai orang tua harus memahami diri kita sendiri terlebih dahulu. Apa kelebihan dan kekurangannya apa saja kebiasaan baik dan buruk yang ada pada kita.

Tidak ada salahnya jika kita sebagai orang tua mengevaluasi kembali ucapan, emosi dan perilaku dari kita yang bisa mempengaruhi dan ditiru oleh anak-anak. Jika ada perilaku yang tidak baik,maka secepatnya perilaku tersebut harus kita hilangkan. Sebaliknya untuk perilaku yang baik atau positif, maka sebanyak mungkin kita lakukan di depan mereka. Bukan pada tempatnya jika orang tua hanya menyuruh atau menasehati anaknya berbuat sesuatu yang baik dan menghindari atau melarang perbuatan yang jelek, sementara orangtua itu tidak mampu menerapkannya pada dirinya sendiri. Misalnya saja orang tua menyuruh anaknya belajar sementara orang tua justru menonton televisi. Tidak ada salahnya orang tua berpura-pura membaca atau menulis sesuatu untuk menunjukkan bahwa orangtua seolah-olah sedang belajar.

Karena orang tua adalah orang yang paling dominan dalam mempengaruhi kepribadian anak, maka kita sebagai orang tua harus bisa bercermin pada kita sendiri setiap saat. Untuk itu mari kita mulai dari sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak-anak kita.

7. Mempunyai Kecerdasan Kognitif, Emosi, Sosial dan Spiritual

Seperti kita ketahui bersama bahwa tidak ada sekolah menjadi orang tua yang baik. Menjadi orangtua dilalui dengan berbagai pengalaman. Oleh karena itu sebagai orang tua diharapkan selalu belajar dan bermasyarakat untuk bisa mencapai tingkat kecerdasan kognitif yang cukup tinggi. Hal ini nantinya sangat diperlukan dalam mendidik anak-anaknya mencapai keberhasilan.

Orang tua juga harus mampu mengontrol emosinya dengan baik sehingga tidak mudah terpancing oleh rayuan, bujukan dan rekan anak-anaknya ya memang kadang kala terasa begitu menjengkelkan. Selain itu orang tua diharapkan mampu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga dia mampu untuk membimbing anaknya terjun ke masyarakat dan memberikan contoh dalam pergaulan.

Untuk bisa mencapai semua itu, sebagai orangtua wajib mempunyai tingkat spritualitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan tingkat spiritualitas yang tinggi di sini adalah kesadaran terhadap pengatur alam semesta yang mutlak menyebabkan adanya rasa aman dan perlindungan bahwa di antara usaha yang kita lakukan dalam mendidik anak, kita dibantu itu juga oleh Allah subhanahu wa ta'ala Tuhan yang maha kuasa. Sebagai manusia kita wajib berusaha, termasuk berusaha mendidik anak-anak menjadi manusia yang berguna kelak. Meskipun Bagaimana masa depan anak itu sendiri tidak terlepas dari takdir kehidupan.

8. Mempunyai Kemampuan Mengelola Diri

Tidak selamanya orang tua bisa menemani anak-anaknya menuju kedewasaan. Ada kalanya orang tua pergi meninggalkan dunia ini karena kematian. Anak-anak tetap melanjutkan kehidupannya meski kedua orangtuanya sudah tiada. Oleh karena itulah menjadi tugas orang tua untuk membuat anak menjadi dewasa.

Kedewasaan seorang anak ditandai dengan kemampuan untuk mengelola dirinya sendiri. Sebagai Orang yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya menuju kedewasaan, sudah seharusnya orang tua mempunyai kemampuan untuk mengelola dirinya terlebih dahulu. Bagaimana mungkin dia akan berhasil dalam mendidik anaknya apabila tidak mampu mengelola dirinya sendiri. Jadi, sebagai orang tua kita dituntut untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan diri kita terlebih dahulu sebelum terjun dan mendidik anak untuk menyongsong masa depan gemilang mereka.


logoblog

No comments:

Post a Comment