Jan 12, 2020

STRATEGI MENYIKAPI PERSOALAN PENERAPAN SISTEM SEMESTER DI SEKOLAH


Dari uraian postingan sebelumnya di sini secara rinci ada beberapa kerugian yang dapat muncul penerapan sistem kuota semester selama ini yang kita gunakan adalah :
  1. Ketidakefektifan semester yang digunakan untuk mengukur kemampuan secara kognitif saja, yakni menuntut siswa untuk menguasai materi pelajaran yang akan diujikan untuk menghapal. Pada prinsipnya, semester yang diselenggarakan sekolah digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat penguasan dan pencapaian siswa terhadap jumlah mata pelajaran tertentu. Apabila siswa mampu menguasai dan mencapai tujuan yang diinginkan dari materi yang tertuang dalan soal-soal ujian semester, berarti ia sekaligus juga ia menguasai dan mencapai kurikulum yang tertuang dalam masing-masing mata pelajaran. Karen materi atau soal ujian yang disusun oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan pada prinsipnya mewakili materi pelajaran yang seharusnya dicapai oleh siswa, meskipun kondisi ini tidak selamanya berlaku demikian. Ketika siswa dinilai gagal dalam menguasai dan mencapai materi atau soal ujian semester, maka siswa dihadapkan pada persoalan pengayaan materi agar nantinya dapat mencapai dan menguasai sejumlah materi dan pelajaran yang ditawarkan ada alokasi materi semester. Untuk mengukur dan menilai target materi pengayaan yang dicapai siswa perlu ditempuh tidak memenuhi perlu dilakukan pengajaran remedial. 
  2. Guru terpaksa disibukkan untuk melakukan evaluasi dalam waktu yang relatif singkat, belum lagi guru dihadapkan pada banyaknya kelas yang diajarkan pada mata pelajaran yang sama, sebagai akibatnya guru terpaksa memberkan penilaian seadanya, dan cenderung tidak objektif lagi. 
  3. Terjadi pemborosan dana yang dialokasi untuk membiayai semester seperti membeli kertas, pengetikan,  kertas buram dan lain-lain sebagainya, sehingga semester tidak efektif baik ditinjau dari segifinansial maupun dari segi efektivitas yang dihasilkan dari pelaksanaan semester. 
  4. Waktu belajar terpaksa berkurang disebabkan setelah semester ada libur, belum ditambah dengan libur nasional dan sebagainya. 
  5. Memperlambat usia belajar siswa, yakni siswa terpaksa mengalihkan perhatiannya untuk tekun belajar pada masing-masing jenjang pendidikan di sekolah pada berbagai tingkatan yang harus dilalui, sementara aktivitas lain disingkirkan jauh-jauh agar tidak mengganggu waktu belajar efektif di sekolah, sebagai akibatnya maka siswa banyak menghabiskan waktunya untuk tekun menggali ilmu pengetahuan. 
  6. Menghilangkan kesepatan untuk berkarir secara produktif. Inefisiensi investasi waktyu untuk menempuh pendidikan dalam sistem pendidikan persekolahan juga sekaligus menghilangkan kesempatan untuk berkarir secara produktif. Dengan demikian waktu belajar yang terlalu lama, akan memberikan kesempatan yang sedikit bagi siswa untuk berkarya secara produktif pula. Hilangnya kesempatan ini merupakan awal menurunnya nilai produktivitas, yang ditandai menurunnya kondisi kemampuan fisik yang kuat dan sikap mental yang tinggi, sehingga mungkin pada akhirnya siswa akan kehilangan pekerjaan pula misalnya pensiun dini, PHK dan lain-lain.
  7. Menghilangkan kesempatan untuk menikmati hasil-hasil pendidikan yang digelutinya. Sebagai akibat hilangnya kesempatan tersebut untuk berkarir secara produktif, maka juga berarti hilangnya kesempatan untuk menikmati hasil-hasil prestasi yang dicapainya melalui pendidikan yang selama ini sulit untuk dicapai. 

Kondisi seperti ini menyebabkan siswa lebih lama menempuh pendidikan ketimbang menikmatu hasil pendidikan tersebut. Pada hasil-hasil pendidikan tersebut tidak saja bermanfaat bagi diri siswa nantiny, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bagi pembangunan bangsa. Artinya, secara lebih luas konsekuensi ini tidak saja mempengaruhi waktu dan usianya dalam belajar, tetapi justru akan berpengaruh lebih luas, seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan ilmunya sebagai akibat terkendala lewatnya umur siswa tersebut, disamping akibat-akibat lainnya terlambatnya usia perkawinan, memperoleh kesejahteraan, promosi jabatan, menikmati hasil jerih payahnya, memacu diri untuk meningkatkan produktivitas, disamping akibat-akibat lain yang mungkin muncul. 

Dengan demikian, kelihatan bahwa pendidikan belum mampu mencapai dan mengukur hasil-hasil yang akan diperolehnya melalui semester ini. Bahkan melalui semester seperti ini kelihatan bahwa pendidikan belum mampu memberikan hasil yang berarti bagi pembangunan. Mengingat kondisi seperti ini maka kuota semester dengan inefisiensi yang ditimbulkan perlu dibenahi dengan melalui program akselerasi. 

Ada beberapa alasan yang mendasari perlunya diadakanbl akselerasi terhadap kuota semester yang dilakukan sekolah kita selama ini adalah adalah :
  1. Kuota semester yang panjang tidak mampu menberikan hasil yang cukup berarti. 
  2. Membebani terlalu banyak tugas, baik kepada peserta didik guru, maupun orang tua atau masyarakat. 
  3. Menghabiskan waktu yang cukup lama.
  4. Menghilangka kesempatan untuk mengembangkan diri secara lebih jauh, mengingat banyak program semester yang ditawarkan sekolah, yang berarti pula terjadi masa sekolah untuk setiap jenjang yang cukup lama. 
  5. Hilangnya kesempatan bagi peserta didik untuk berkiprah dan dikiprahkan di dalam masyarakat. 
  6. Menghabiskan biaya cukup tinggi
  7. Memperbanyak masa liburan semester. 
  8. Menghilangkan gairah-gairah belajar sebagai akibat masa-masa vacum. 
Ada beberapa strategi yang perlu diperhatikan atau dikembangkan dalam meyikapi persoalan penerapan semester selama ini yaitu :
  1. Memperbanyak kuota belajar pada setiap tahun ajaran hal ini dimaksudkan untuk untuk memberikan kesempatan dan alternatif pada peningkatan kompetensi bagi peserta didik setiap tahun pada setiap jenjang dan tingkatan pendidikan peserta didik yang diikuti. 
  2. Memperpendek waktu semester dengan pemadatan isi/bahan kurikulum hal ini dimaksudkan sebagai bentuk penawaran semester yang lebih pendek daripada semester yang diselenggarakan selama ini, tanpa menguragi bobot isi kurikulum yang ditawarkan. Dengan demikian akan kelihatan bahwa pendidikan yang diselenggarakan memakan waktu pendidikan dengan semester yang pendek singkat tetapi memiliki kedalaman isi/bahan kurikulum. 
  3. Pengubahan metode pembelajaran, hal ini dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk memberikan kuota semester yang singkat, tetapi dibarengi dengan pengembangan konsep kurikulum yang dinamis, yang tidak hanya menyangkut subtansi kurikulum yang padat, isi kurikulum yang menjurus, memberikan bekal (muatan keilmuan yang terampil, profesional dan pakar)  tetapi juga menyangkut penggunaan metode pembelajaran yang lebih banyak menekankan kepada tingkat penguasaan dan kebutuhan peserta didik sebagai objek dan subjek pendidikan. 
  4. Penekanan pada tingkat penguasaan materi, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya bagi peserta didik untuk mengembangkan ranah yang terkandung dalam kurikulum untuk memperkaya peserta didik menuju pribadi yang utuh dan mandiri dalam menyikapi sejumalah persoalan yang akan dihadapinya di tengah - tengah masyarakatnya. 
logoblog

No comments:

Post a Comment